𝐑𝐨𝐧𝐚𝐥𝐝 𝐌𝐚𝐧𝐚𝐛𝐮𝐧𝐠, 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐮𝐤𝐢𝐫 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧𝐚 𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐋𝐚𝐠𝐮
Kota Tahuna, ibu kota kabupaten kepulauan Sangihe. Foto Yusak Salamate |
Sebuah telaah,
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎 𝑚𝑎𝑛𝑔𝑘𝑒𝑘𝑎𝑡𝑎ℎ𝑒𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑎𝑤𝑒 𝑚𝑎𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑛𝑎𝑢𝑛𝑔
𝐵𝑎𝑤𝑒𝑙𝑜 𝑒𝑙𝑜 𝑠𝑢𝑚𝑒𝑑𝑎
𝐼𝑎 𝑘𝑢𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑠𝑎𝑘𝑢
𝑀𝑎𝑘𝑎𝑡𝑎ℎ𝑒𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑠𝑎
𝑃𝑒𝑠𝑎𝑠𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑒𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑏𝑖 𝑚𝑎𝑛𝑔𝑎 𝑎𝑛𝑎 𝑢 𝑠𝑒𝑚𝑏𝑎𝑢
𝑂ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑎 𝑚𝑎𝑟𝑎𝑢 𝑏𝑜𝑢 𝑤𝑎𝑛𝑢𝑎𝑘𝑢
𝑅𝑒𝑓𝑓:
𝑁𝑎𝑢𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑝𝑢𝑙𝑢 𝑚𝑒𝑏𝑎𝑙̧𝑖 𝑠𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎
𝑁𝑎𝑢𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑝𝑢𝑙𝑢 𝑚𝑒𝑏𝑎𝑙̧𝑖 𝑠𝑢 𝑤𝑎𝑛𝑢𝑎
𝐾𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑎𝑡𝑒𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑟𝑒 𝑎𝑝𝑎
𝐸𝑛𝑑𝑎𝑢 𝑖𝑎 𝑚𝑒𝑑𝑒𝑎 𝑝𝑢𝑛𝑔e 𝑤𝑖𝑎ℎ𝑒
𝐾𝑒𝑡𝑎𝑒𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑘𝑢 𝑖𝑠𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑢 𝑟𝑢𝑎𝑡𝑎.
Syair lagu dengan judul 𝗧𝗔𝗛𝗨𝗡𝗔 ini adalah buah karya Ronald Manabung. Kerap terdengar di setiap hajatan yang dihadiri orang Sanger (Sangihe) di mana saja. Lagu ini sangat populer dan menggeser posisi lagu 𝘣𝘰𝘯𝘨𝘬𝘰𝘯𝘨 𝘢𝘸𝘶 yang juga menceritakan tentang kerinduan pada tanah 𝑛𝑢𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑤𝑜 Sangihe. Lagu 𝘣𝘰𝘯𝘨𝘬𝘰𝘯𝘨 𝘢𝘸𝘶 jauh lebih dahulu populer, selain karena diciptakan berpuluh tahun lalu, orang-orang tua sering juga menyanyikan lagu ini sebagai 𝑏𝑎𝑤𝑜𝑤𝑜. Karena itu lagu 𝘣𝘰𝘯𝘨𝘬𝘰𝘯𝘨 𝘢𝘸𝘶 dikuasai hampir seluruh orang Sangihe.
Beberapa tahun terakhir ini, tampaknya lagu 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎 paling sering terdengar dinyanyikan. Bahkan di channel YouTube sudah beberapa youtuber mencover lagu ini. Namun sangat disayangkan, mereka selalu abai mencantumkan pencipta lagu 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎. Sering di hajatan yang ikut dihadiri oleh Ronald Manabung terkadang ada saja yang menyanyikan lagu ini tetapi mereka tidak mengenal dan tidak tahu ternyata pencipta lagunya hadir saat itu. Baginya itu sebuah kebanggaan. Karyanya dikenal dan boleh dinikmati banyak orang meski mereka tidak mengenal dirinya.
Syair lagu 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎 adalah ungkapan isi hati Ronald pada tanah kelahirannya Sangihe yang jauh di seberang sana.Terlebih Tahuna, kota kecil nan indah di tanah 𝘛𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯𝘭𝘢𝘸𝘰 yang mengisi masa SMA-nya.
Berada di rantau membuatnya terkenang akan Sangihe, teringat masa remaja di Tahuna. Ia lewati dan nikmati setiap seluk kota Tahuna yang indah dan berkesan. Lebih lagi pelabuhan lama sekarang dikenal dengan peltu (pelabuhan tua) dengan tugu ikonik Tahuna, tugu Malahasa.
Meninggalkan Sangihe dan merantau di kota Manado mencari pekerjaan adalah tantangan bagi anak muda yang beranjak dewasa. Ini juga dirasakan oleh Ronald Manabung. Saat di rantau inilah syair lagu 'tahuna' ditulisnya.
Lirik lagu tahuna menggambarkan isi hati Ronald saat itu. Kerinduan pada kampung halaman juga kenangan masa remaja di kota Tahuna dituangnya dalam lagu ini.
Mendekati hari natal dan tahun baru kerinduan anak rantau untuk kembali pulang ke kampung halaman menikmati hari bahagia bersama keluarga sungguh tak terkira. Bagi Ronald saat itu sangat dilematis. Ia baru saja mendapat pekerjaan dan merasa 𝘬𝘦𝘳𝘦𝘯𝘦 jika sudah minta izin untuk berlibur. Ia memutuskan untuk tidak pulang kampung. Di tuminting, 23 Desember 1998 rindunya luruh pada bait demi bait syair lagu 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎.
Kota Tahuna. Foto Yusak Salamate |
𝑚𝑎𝑛𝑔𝑘𝑒𝑘𝑎𝑡𝑎ℎ𝑒𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑎𝑤𝑒 𝑚𝑎𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑛𝑎𝑢𝑛𝑔
(𝘛𝘢𝘩𝘶𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘪𝘬𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨
𝘋𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨)
Pada dua baris pertama, Ronald langsung menyatakan hatinya yang selalu mengenang Tahuna.
𝘉𝘢𝘸𝘦𝘭𝘰 𝘦𝘭𝘰 𝘴𝘶𝘮𝘦𝘥𝘢
𝘪𝘢 𝘬𝘶𝘬𝘢𝘪𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘬𝘶
(𝘚𝘰𝘳𝘦 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘦𝘯𝘢𝘮
𝘈𝘬𝘶 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪𝘢𝘯)
Pada bait ini Ronald menggambarkan waktu dan suasana yang ia alami saat itu. Sendiri di sore hari menikmati matahari yang terbenam. Sedang Natal dan tahun baru sudah semakin dekat.
𝘔𝘢𝘬𝘢𝘵𝘢𝘩𝘦𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩𝘢𝘴𝘢
𝘗𝘦𝘴𝘢𝘴𝘰𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘣𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢 𝘢𝘯𝘢𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘣𝘢𝘶
(𝘛𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩𝘢𝘴𝘢
𝘛𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨)
Malahasa adalah nama kerajaan Tahuna. Malahasa yang sering ia pandang dan baca pada sebuah monumen yakni tugu malahasa di pelabuhan tua Tahuna. Pada larik ini ia mengenang masa-masa ketika acap pergi ke pelabuhan tua untuk menjemput kiriman dari orang tua. Ia terkadang bolos dari sekolah hanya untuk itu. Pelabuhan yang sangat ramai karena jadi pertemuan masyarakat Sangihe dari berbagai penjuru yang datang ke kota Tahuna. Perahu dari Tamako, Manganitu, Kendahe, Para, Mahangetang dan pulau-pulau kecil lainya berlabuh di situ. Pelabuhan lama (sekarang peltu) adalah tempat pertemuan semua khalayak -- 𝘱𝘦𝘴𝘢𝘴𝘰𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘣𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢 𝘢𝘯𝘢𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘣𝘢𝘶.
Rasa sedih karena jauh dari kampung halaman ia tuang dalam lirik;
𝘖𝘩 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘢𝘯𝘨
𝘐𝘢 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘶 𝘣𝘢𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘶𝘢𝘬𝘶
(𝘖𝘩 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯
𝘚𝘢𝘺𝘢 𝘫𝘢𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘬𝘶)
Luapan emosinya yang paling dalam lalu Ronald tumpahkan pada reef lagu ini. Bagian yang paling ditunggu-tunggu yang menyuratkan isi hatinya;
𝘕𝘢𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘱𝘶𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘣𝘢𝘭̧𝘪 𝘴𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯𝘢
𝘕𝘢𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘱𝘶𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘣𝘢𝘭̧𝘪 𝘴𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘶𝘢
(𝘏𝘢𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 (𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨) 𝘬𝘦 𝘛𝘢𝘩𝘶𝘯𝘢
𝘏𝘢𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 (𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨) 𝘬𝘦 𝘬𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯)
Betapa kuat desakan hati untuk kembali bersama keluarga di Sangihe. Betapa dalam kerinduan pada kampung halaman, memanggilnya untuk kembali ke Tahuna.
Meski begitu, dalam suasana batin tak berdaya karena enggan meninggalkan pekerjaan yang baru didapat, Ronald sadar kalau yang ia dapat saat itu adalah bagian dari dasar hidupnya.
𝘒𝘢𝘪 𝘬𝘰𝘢𝘵𝘦𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘳𝘦 𝘢𝘱𝘢
𝘌𝘯𝘥𝘢𝘶 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘥𝘦𝘢 𝘱𝘶𝘯𝘨e 𝘸𝘪𝘢𝘩𝘦
(𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘢𝘱𝘢
𝘋𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱)
Ini posisi yang dilematis bagi si penulis lagu. Pada satu sisi Natal dan tahun baru adalah momen berkumpul bersama keluarga, pada sisi lain ia baru saja mendapat pekerjaan dan tidak etis (rasa kerene) meminta waktu untuk cuti.
Sebagai orang yang percaya dan mengimani campur tangan Tuhan dalam kehidupan manusia, Ronald menutup syair lagunya dengan penyerahan hidup pada Yang Kuasa (Sangihe; Ruata)
𝘒𝘦𝘵𝘢𝘦𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘴𝘦𝘴𝘢𝘳𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶 𝘙𝘶𝘢𝘵𝘢
(𝘚𝘦𝘮𝘢𝘵𝘢-𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘳𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘒𝘶𝘢𝘴𝘢)
Setahun setelah syair lagu ini ditulis yakni tahun 1999, lagu ini akhirnya masuk dapur rekaman dan diluncurkan tahun itu juga. Lagu 'tahuna' dinyanyikan oleh Jefri Lungkang dengan backing vokal Padoma Sister. Jefri Lungkang menjadi bintang tamu dalam album VG Narwastu yang digarap oleh alm Sosto Mangeghong. Pada album ini, lagu tahuna berada di urutan 6 Side B. Album ini juga laris di saat itu dan lagu tahuna menjadi favorit.
Meski jadi favorit setelah albumnya itu diluncurkan, namun lagu tahuna kembali mentereng pada 1 dekade terakhir. Lagu tahuna kembali populer dan digandrungi para pencinta musik lokal Sangihe. Tidak berlebihan jika lagu ini dinilai menggeser posisi lagu 𝘣𝘰𝘯𝘨𝘬𝘰𝘯𝘨 𝘢𝘸𝘶 akhir-akhir ini dalam hal favorit dinyanyikan dan dicover di youtube.
Karena fenomena ini maka pada 2018 lagu 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎 kembali didaur ulang dalam bentuk VCD Album Pop NUSA UTARA. Pada album ini 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎 dinyanyikan oleh Roos Atimang. Di dalam album ini juga ada lagu 'nusa utara' ciptaan Ronald Manabung & Iverdixon Tinungki. Juga ada lagu 'Tentirong Gaghurang' yang dikenal umum dengan judul 'banuaku kinawantelang' ciptaan Johanes Saul.
Ronald, putra Kendahe, sudah terkenal di kalangan penikamat musik dan tarik suara di Nusa Utara. Selain mencipta dan mengaransemen lagu, ia juga sering terlibat jadi juri di panggung vokal grup, bintang vokalia, dan masamper. Ia juga pelatih vokal grup, solo, dan masamper. Talenta bermusiknya sudah menonjol kala ia menjadi juara Bahana Suara Pelajar kabupaten Sangihe Talaud tahun 1993. Saat itu ia berusia 16 tahun.
Nusa utara terlebih Sangihe memang tidak kehabisan stok penjaga peradaban di jalur pencipta lagu. Masyarakat Sangihe yang identik sebagi kelompok yang suka bernyanyi ini selalu mewariskan tradisi bernyanyi dari generasi ke generasi. Ronald Manabung adalah generasi terkini yang apik dalam mencipta lagu. Sudah banyak lagu ciptaanya menghiasi blantika musik lokal Sulawesi Utara terlebih Nusa Utara. Beberapa di antaranya adalah: momo, ana kasisi, polo kasiang, ligha pebaļi. Lagu rohani: darah Yesus, viadolorosa, jangan bercerai. Ada juga lagu masamper: kebi manendeng adate.
Pencipta lagu ini ( Tahuna) berasal dari kampung Kendahe Satu, kecamatan Kendahe, kabupaten kepulauan Sangihe.
"Somahe kai kehage"
Profil singkat penulis
Nama penulis : Jolli Daud Horonis Lahir : 8 Agustus 1984 |
Komentar
Posting Komentar